Lembar Fakta Biak
Mundurnya Soeharto pada 1998 memunculkan harapan akan adanya perubahan akan kekerasan yang terus terjadi di Papua. Namun, gerakan sipil yang mengekspresikan aspirasi atas hak menentukan nasib sendiri selalu berhadapan dengan kekerasan. Pada 2–6 Juli 1998, pasukan keamanan melakukan penembakan, penyiksaan serta penangkapan sewenang-wenang untuk membubarkan demonstran di menara air di belakang Puskesmas Biak. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Biak Berdarah.
Kekerasan aparat keamanan terhadap warga sipil di Biak tidak hanya terjadi sekali. Kekerasan dan pelanggaran HAM di di Biak bisa dilihat setidak-tidaknya sejak tahun 1960 (sebelum Pepera). Ini ditandai dengan bentrokan antara tentara Indonesia dan pasukan OPM, diikuti dengan kekerasan aparat keamanan langsung terhadap warga sipil. Mereka yang dianggap menentang integrasi dengan Indonesia juga mendapatkan kekerasan dan penahanan sewenang-wenang
Bersama Papuan Women’s Working Group (PWG), pada bulan April 2023, AJAR terlibat dalam refleksi situasi korban pelanggaran HAM di Biak bersama 30 perempuan korban dan penyintas yang berasal dari Biak Kota, Biak Utara dan Biak Barat. Kami menggunakan metode penelitian aksi partisipatif dalam melihat pengalaman korban di situasi konflik dan keadaan mereka saat ini. Lembar fakta ini menuangkan hasil refleksi bersama perempuan korban dan penyintas di Biak, serta langkah mereka kedepan dalam bertahan dalam impunitas dan berjuang meraih keadilan.
Baca lembar fakta disini