Jandakah Aku?
Limpah ruah kasih yang diberi Sang Kuasa
Tak pelit kubagikan kepada kekasihku
Kisah berbalut kasih tak pelik
Dalam damai tak terusik, kukasihi dia.
Kaupikir kasih kami membahagiakan?
Tak Cukup!
Kami tertindas si penindas!
Kekasihku tak diam, “Aku pergi ya”
Tak rela kuterima salamnya
Sungguh sangat kukasihi
Diam dalam doa sembari air mata dengan sibuknya menetes
“Tuhan, tuntun kekasihku kembali ke rumah”
Entah!
Entah sudah berapa kali aku berdoa
Tiada ketukan pintu khas kekasihku
Dia tak kembali
Tuhan, Kaukembalikan dia ke rumah-Mukah?
Kekasihku dicuri pencuri kebal hukum
Kini kasihku tak berbalas peluk hangatnya
Dalam hening selalu aku berharap, bolehkah sekadar kutahu dimana dia?
Hilangmu dalam waktu tak terhitung lagi
Pun harapanku, akankah kekasihku kembali?
Wahai pencuri, pernahkah kaukehilangan kekasihmu?
Ataukah kautak punya kasih?
Relanya kaumencuri kekasihku!
Kini dia hilang
Jandakah aku?
Dapatkah kausebut aku janda?
Oh Tuhan, kuharap kekasih karibku tak senasib kekasihku.
Labuan Bajo, 20 Mei 2021.
Angly Sae
“Jandakah Aku?” adalah puisi baru jenis romansa-elegi yang saya tulis dengan mengambil posisi sebagai perempuan yang bingung atau mempertanyakan statusnya. Perempuan yang kehilangan kekasihnya akibat penghilangan paksa. Kasih yang terjalin indah diantara mereka harus berakhir ketika kekasihnya yang pamit untuk pergi untuk berjuang melawan penindasan tak kunjung kembali. Dalam doanya, dia berharap kekasihnya kembali, atau setidaknya dia tahu dimana kekasihnya berada. Perempuan yang tak pernah berhenti berharap untuk berjumpa dengan kekasihnya. Pun demikian, dalam doanya dia berharap agar kejadian serupa tak menimpa orang lain. Semoga keluarga korban kasus penghilangan paksa segera mendapat titik terang mengenai orang-orang terkasih mereka yang hilang dan penghilangan paksa tak terulang lagi.