Skip to content

Learning Humanity, Unlearning Impunity

Facebook Instagram
Shopping Cart 0
  • Beranda
  • TemaExpand
    • Jaminan Tidak Berulang
    • Keadilan
    • Kebenaran
    • Reparasi
  • Liputan Media

Cerita Kita

MELEPAS BELENGGU IMPUNITAS BERSAMA

  • Kontak Kami
  • Cerita dari Anak Muda Indonesia
Cerita Kita
MELEPAS BELENGGU IMPUNITAS BERSAMA
Together Breaking the Taboo on Women’s Menstruation Through Photos Stories
Cerita dari Anak Muda Indonesia

Together Breaking the Taboo on Women’s Menstruation Through Photos Stories

Narriswari, Paraparabukupublished in JUBI Media Talking about menstruation is generally still considered taboo. So how do you present experiences, efforts and challenges in achieving the…

Read More Together Breaking the Taboo on Women’s Menstruation Through Photos StoriesContinue

Cerita dari Anak Muda Indonesia

Memorialization for Women Acknowledgment in ‘Bukit Janda’

Memorialization for Women Acknowledgment in ‘Bukit Janda’ SRI ELMANITA | 28 JANUARY 2021 | MEMORIALIZE The author is a fellowship recipient of human rights, media…

Read More Memorialization for Women Acknowledgment in ‘Bukit Janda’Continue

Cerita dari Anak Muda Indonesia

21 Years after the Human Rights Tragedy in Beutong Ateuh, Trauma Still Lingered People’s Minds

21 Years after the Human Rights Tragedy in Beutong Ateuh, Trauma Still Lingered People’s Minds Siti Aisyah | 28 January 2021 | Mass Killing, Tgk…

Read More 21 Years after the Human Rights Tragedy in Beutong Ateuh, Trauma Still Lingered People’s MindsContinue

Cerita dari Anak Muda Indonesia

Trauma Settled after Apparatus Burnt Tiro

Trauma Settled after Apparatus Burnt Tiro Diky Zulkarnen / 27 January 2021 / Torture, Pinto SA The author is a fellowship recipient of human rights,…

Read More Trauma Settled after Apparatus Burnt TiroContinue

Page navigation

1 2 3 … 5 Next PageNext

Selamat datang!

Mari menyelami cerita kita bersama!

Blog Post Categories

  • AJAR FELLOWSHIP
  • audiovisual
  • Blog
  • Cerita dari Anak Muda Indonesia
  • Jaminan Tidak Berulang
  • Keadilan
  • Kebenaran
  • Liputan Media
  • PEKAN ANTI PENGHILANGAN PAKSA
  • Reparasi
  • Uncategorized

Recent Posts

Together Breaking the Taboo on Women’s Menstruation Through Photos Stories
Cerita dari Anak Muda Indonesia

Together Breaking the Taboo on Women’s Menstruation Through Photos Stories

Uncategorized

Kertas Kebijakan Merauke dan Boven Digoel

Kebenaran

Tanpa Pengakuan Tidak Mungkin ada Pemulihan:

humanityouth

Learning Humanity. Unlearning Impunity
bagian dari @asiajusticerights di Indonesia

Masih dalam rangka Hari Anti Penyiksaan Sedunia (2 Masih dalam rangka Hari Anti Penyiksaan Sedunia (26 Juni), mari kita ingat kembali luka yang belum pulih di Aceh.

Selama konflik bersenjata (1989–2004), penyiksaan dan kekerasan seksual menjadi pola kekerasan sistematis yang dilakukan aparat.

KKR Aceh mencatat:
- 4.249 tindakan penyiksaan terhadap 1.210 korban
- 165 korban kekerasan seksual – terdiri dari 78 perempuan dan 87 laki-laki
- Termasuk di dalamnya: pemerkosaan, pelecehan seksual, penyiksaan seksual, perbudakan seksual, hingga pembunuhan bermuatan seksual

Sejak 2020, LBH Banda Aceh, KontraS Aceh, AJAR, dan PASKA Aceh memetakan 161 lokasi penyiksaan di 12 kabupaten. Lokasinya mencakup rumah warga, meunasah, sekolah, kantor pemerintah, dan pos militer.

Sebagian besar tempat itu kini berubah. Tidak ada lagi tanda. Tapi trauma dan ingatan korban tetap hidup.

Lihat peta lengkapnya: sitesoftorture.asia-ajar.org

Kesaksian Pak Umar bisa disaksikan di: bit.ly/845Aceh

#MenolakLupa karena dengan mengingat, kelak penuh harap kekerasan tidak akan terjadi di kemudian hari,

di Bumi Pertiwi, di Indonesia

#20TahunMoUHelsinki #torture #unlearningimpunity #learninghumanity #aceh #peace
Konflik Aceh bukan sekadar catatan sejarah, tapi j Konflik Aceh bukan sekadar catatan sejarah, tapi jejak luka yang masih terasa hingga hari ini—bagai luka menganga yang belum sempat mengering, sudah dipaksa ditutup, disuruh berlari, seolah nyeri tak pernah ada.

Dimulai dari janji otonomi yang tak ditepati, meletus jadi perlawanan, berubah jadi konflik bersenjata berkepanjangan. Di balik deru senjata dan operasi militer, perempuan Aceh menanggung beban paling berat: kehilangan, kekerasan, dan stigma yang terus membayang. Enam bentuk pelanggaran HAM terjadi selama konflik—dan sebagian besar korban masih menanti keadilan. MoU Helsinki dan lahirnya KKR Aceh jadi langkah awal. Tapi upaya pemulihan tak bisa hanya datang dari negara. Karena itu, para korban membentuk kolektif, merawat ingatan, menyembuhkan luka, dan membangun kekuatan bersama.

Ini bukanlah sebuah rumor, melainkan fakta yang dicoba untuk dikubur rapat-rapat.

Mari membuka mata, menyimak, dan menyuarakannya bersama.

#MenolakLupa karena dengan mengingat, kelak penuh harap kekerasan tidak akan terjadi di kemudian hari,

di Bumi Pertiwi, di Indonesia

#20TahunMoUHelsinki
Kekerasan di Papua terus terjadi akibat perampasan Kekerasan di Papua terus terjadi akibat perampasan tanah adat tanpa upaya dari negara untuk mengakhirinya dan mewujudkan keadilan bagi korban. Hari ini, 24 tahun lalu, 13 Juni 2001, kita kembali mengenang tragedi yang menyayat rasa kemanusiaan: Tragedi Wasior Berdarah. Ia meninggalkan trauma, duka, dan rasa keadilan yang tidak kunjung hadir. Negara selalu menutup mata, bahkan terus saja mengulangi pola kekerasan yang sama, yaitu merampas tanah sebagai sumber kehidupan masyarakat adat di Papua. Juga, operasi militer; semua itu dengan alasan kedaulatan negara dan kepentingan nasional.

Hari ini kita menolak lupa; mari merawat ingatan untuk menuntut keadilan dan menghentikan kekerasan di Papua.

#wasiorberdarah 
#papuanslivematter 
#humanityouth
Pada 12-14 Maret 2025 Papuan Women’s Working Gro Pada 12-14 Maret 2025 Papuan Women’s Working Group (PWG) berpartisipasi dalam acara Konferensi Nasional Solidaritas Merauke yang dihadiri ratusan korban di seluruh Indonesia. Mereka korban dari rencana ambisius negara bernama Proyek Strategis Nasional (PSN) yang merampas tanah-tanah adat, menghancurkan sumber kehidupan dan kebudayaan masyarakat adat. PWG ikut berbagi cerita dengan mendirikan side event berupa lapak baca dan nonton bersama (Nobar). Ia hadir dengan mencoba untuk berbagi kisah tentang perempuan Papua yang menjadi kelompok paling rentan dalam konflik yang masih berlanjut di sana. Serta berbagi inisiatif-inisiatif dan daya tahan mereka di tengah kekerasan negara yang terus terjadi. 

Nobar sebuah dokumenter berjudul “Indigenous Women of Mpur Swor: The Land, Water and Forest Belong to Us”. Menceritakan bagaimana perempuan berperan besar dan penting dalam mempertahankan hutan dan tanah adat sebagai sumber pangan, kultural, sosial dan ekonomi.

#humanityyouth 
#sapukisah 
#psnmerauke 
#papuabukantanahkosong
Setelah 60 tahun hilang, film Turang karya Bachtia Setelah 60 tahun hilang, film Turang karya Bachtiar Siagian kembali diputar. Sisi lain dari Revolusi, dari pengalaman orang biasa ini, diputar kembali dalam peringatan 70 tahun Konferensi Asia–Afrika. 

Turang diproduksi pada 1957, berlatar di Tanah Karo, Sumatera Utara. Konteks utama ceritanya adalah perjuangan warga dan tentara Indonesia melawan agresi militer Belanda. Dengan kata lain, film ini menguraikan bahwa sejarah dibentuk oleh agensi orang-orang biasa bukan nama-nama besar. 

Pada 1960, Turang meraih predikat film terbaik dalam Pekan Apresiasi Film Nasional–kelak Festival Film Indonesia. Akan tetapi, Turang dibredel pada kekerasan anti-komunis 1965 lantaran Bachtiar Siagian terlibat dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat. Ia pun ditahan dan dibuang ke Pulau Buru selama 12 tahun. 

Dalam diskusi setelah pemutaran yang difasilitasi oleh Kelana dan Albertus Obe, aspek kekirian yang membuat Orde Baru membredel film ini jadi perbincangan. Di mana aspek kiri-nya? Sepakat untuk tidak saling sepakat, sinema kiri menurut forum waktu itu mengangkat perspektif anti-kolonial, memusatkan rakyat/orang-orang biasa sebagai sumber utama pengisahan, bersimpati terhadap gerakan sosial dst. 

Refleksi hadirin setelah menonton Turang pun beragam. Secara garis besar, Turang kembali mengajak untuk merevaluasi ruang dan posisi kita hari dalam dinamika politik dan gerakan hari ini. Kerja-kerja perawatan pun menuntut kita melampaui gagasan kesadaran kolektif dalam bersolidaritas. 

Dalam visi dan gagasan besarnya, bagi kebanyakan kami Turang memantik untuk memikirkan kembali keterkaitan persoalan kekerasan yang terjadi di mana pun hari ini. Semuanya berdampak sampai ruang personal kita, dan kerja merawat tidak bisa diabaikan. 

Pemutaran di Jakarta ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2025 bertempat  di Kantor AJAR. Pemutaran ini terlaksana dengan kerjasama antara @thesupperbookcult dan @humanityouth

Terimakasih @bungasiagian atas ajakan pemutaran Turang ini. 

Photo diambil oleh : @xaxo_xoxa
Follow on Instagram

Make An Impact

captivating your audience

Never miss a thing! Subscribe now to get the latest news.

Subscribe

Never miss a thing! Subscribe now to get the latest news.

Facebook Instagram Pinterest YouTube
  • Beranda
  • Blog
  • Kontak Kami
  • Stolen Children
  • Humanity Youth

© 2025 Cerita Kita - Design by Studio Mommy

  • Beranda
  • Blog
    • Blog
    • Unggahan Terbaru!
  • Templates
    • Category Index
    • Link In Bio
  • Blocks
    • Image Options
  • About
  • Contact
  • Purchase
Search