Skip to content

Learning Humanity, Unlearning Impunity

Facebook Instagram
Shopping Cart 0
  • Beranda
  • TemaExpand
    • Jaminan Tidak Berulang
    • Keadilan
    • Kebenaran
    • Reparasi
  • Liputan Media

Cerita Kita

MELEPAS BELENGGU IMPUNITAS BERSAMA

  • Kontak Kami
  • Cerita dari Anak Muda Indonesia
Cerita Kita
MELEPAS BELENGGU IMPUNITAS BERSAMA
Lawan Menjadi Kawan Usai Perang di Kampung Kresek
Kebenaran

Lawan Menjadi Kawan Usai Perang di Kampung Kresek

Oleh : Indra Wijaya “Dorr..doorr,” suara tembakan dari arah gunung dilepaskan. Warga yang berjaga terkejut mendengar suara tembakan itu. Sutrisno bersama warga lainnya langsung berlari…

Read More Lawan Menjadi Kawan Usai Perang di Kampung KresekContinue

Endapan Kekerasan Masa Lalu Masih Berkelindan di Tiro
Kebenaran

Endapan Kekerasan Masa Lalu Masih Berkelindan di Tiro

Oleh: Diky Zulkarnen Para perempuan di tiga Gampong di Kecamatan Tiro/Truseb, Pidie, menyaksikan pembumi hangusan Tiro selama dua hari berturut pada Juli 2001, saat para…

Read More Endapan Kekerasan Masa Lalu Masih Berkelindan di TiroContinue

21 Tahun Seusai Tragedi HAM di Beutong Ateuh, Trauma Belum Lekang di Benak Warga
Kebenaran

21 Tahun Seusai Tragedi HAM di Beutong Ateuh, Trauma Belum Lekang di Benak Warga

Oleh: Siti Aisyah Trauma masih membekas di benak warga Beutong Ateuh Benggalang, jika mengingat kisah pelanggaran HAM 21 tahun silam. Tak ada pemulihan, hingga mereka…

Read More 21 Tahun Seusai Tragedi HAM di Beutong Ateuh, Trauma Belum Lekang di Benak WargaContinue

Ribuan Anak Timor-Leste Dibawa Orang Indonesia, Belum Pulang
Jaminan Tidak Berulang | Keadilan | Liputan Media | Reparasi

Ribuan Anak Timor-Leste Dibawa Orang Indonesia, Belum Pulang

Oleh: Rio Tuasikal   Empat ribuan anak Timor Leste yang direbut paksa dari keluarga mereka pada tahun 1975 hingga 1999, ketika Timor-Leste masih jadi bagian…

Read More Ribuan Anak Timor-Leste Dibawa Orang Indonesia, Belum PulangContinue

Page navigation

Previous PagePrevious 1 … 15 16 17 18 19 20 Next PageNext

Selamat datang!

Mari menyelami cerita kita bersama!

Blog Post Categories

  • AJAR FELLOWSHIP
  • audiovisual
  • Blog
  • Cerita dari Anak Muda Indonesia
  • Jaminan Tidak Berulang
  • Keadilan
  • Kebenaran
  • Liputan Media
  • PEKAN ANTI PENGHILANGAN PAKSA
  • Reparasi
  • Uncategorized

Recent Posts

Together Breaking the Taboo on Women’s Menstruation Through Photos Stories
Cerita dari Anak Muda Indonesia

Together Breaking the Taboo on Women’s Menstruation Through Photos Stories

Uncategorized

Kertas Kebijakan Merauke dan Boven Digoel

Kebenaran

Tanpa Pengakuan Tidak Mungkin ada Pemulihan:

humanityouth

Learning Humanity. Unlearning Impunity
bagian dari @asiajusticerights di Indonesia

Setelah 60 tahun hilang, film Turang karya Bachtia Setelah 60 tahun hilang, film Turang karya Bachtiar Siagian kembali diputar. Sisi lain dari Revolusi, dari pengalaman orang biasa ini, diputar kembali dalam peringatan 70 tahun Konferensi Asia–Afrika. 

Turang diproduksi pada 1957, berlatar di Tanah Karo, Sumatera Utara. Konteks utama ceritanya adalah perjuangan warga dan tentara Indonesia melawan agresi militer Belanda. Dengan kata lain, film ini menguraikan bahwa sejarah dibentuk oleh agensi orang-orang biasa bukan nama-nama besar. 

Pada 1960, Turang meraih predikat film terbaik dalam Pekan Apresiasi Film Nasional–kelak Festival Film Indonesia. Akan tetapi, Turang dibredel pada kekerasan anti-komunis 1965 lantaran Bachtiar Siagian terlibat dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat. Ia pun ditahan dan dibuang ke Pulau Buru selama 12 tahun. 

Dalam diskusi setelah pemutaran yang difasilitasi oleh Kelana dan Albertus Obe, aspek kekirian yang membuat Orde Baru membredel film ini jadi perbincangan. Di mana aspek kiri-nya? Sepakat untuk tidak saling sepakat, sinema kiri menurut forum waktu itu mengangkat perspektif anti-kolonial, memusatkan rakyat/orang-orang biasa sebagai sumber utama pengisahan, bersimpati terhadap gerakan sosial dst. 

Refleksi hadirin setelah menonton Turang pun beragam. Secara garis besar, Turang kembali mengajak untuk merevaluasi ruang dan posisi kita hari dalam dinamika politik dan gerakan hari ini. Kerja-kerja perawatan pun menuntut kita melampaui gagasan kesadaran kolektif dalam bersolidaritas. 

Dalam visi dan gagasan besarnya, bagi kebanyakan kami Turang memantik untuk memikirkan kembali keterkaitan persoalan kekerasan yang terjadi di mana pun hari ini. Semuanya berdampak sampai ruang personal kita, dan kerja merawat tidak bisa diabaikan. 

Pemutaran di Jakarta ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2025 bertempat  di Kantor AJAR. Pemutaran ini terlaksana dengan kerjasama antara @thesupperbookcult dan @humanityouth

Terimakasih @bungasiagian atas ajakan pemutaran Turang ini. 

Photo diambil oleh : @xaxo_xoxa
Pada 24 Maret, kita memperingati Hak atas Kebenara Pada 24 Maret, kita memperingati Hak atas Kebenaran, hari untuk mengenang para korban kekejaman. Dengan mengenang masa lalu, kita berkomitmen untuk mengatakan 'Jangan Pernah Lagi' terhadap semua bentuk kekerasan dan ketidakadilan massal, memastikan bahwa pelajaran sejarah kekerasan tak berulang kembali dan korban mendapatkan haknya.

Tahun lalu, pada 22 Mei, AJAR bersama 8 aktivis muda pembela HAM melakukan pertukaran pengetahuan mengenai memorialisasi. Dari situ Wannsee kami belajar bahwa penyangkalan akan kebenaran menghalangi korban untuk mendapatkan keadilan.
Hanya ada satu tagar: #TolakRUUTNI Hanya ada satu tagar: #TolakRUUTNI
Hari minggu lalu, kami bergabung bersama 25 Jam Be Hari minggu lalu, kami bergabung bersama 25 Jam Berbagi untuk Palestina. Dalam diskusi ini kita membicarakan bagaimana cara mengenali genosida melalui 10 tahapannya. Keterlibatan kawan-kawan dalam diskusi ini semakin memberi wawasan bahwa kita bisa mencegah semua itu terjadi, jika kita mengetahui pra-kondisi genosida.
Kami hadir di #menaburbenih dengan diskusi berjudu Kami hadir di #menaburbenih dengan diskusi berjudul "Kamu, Saya, Palestina, dan Penyangkalan Genosida di Sekitar Kita"

Minggu, 9 Maret 2025, 08.00 WIB!

Genosida di Palestina disebut sebagai first genocide broadcast live dan memperlihatkan bagaimana komunitas internasional, yang telah memiliki berbagai mekanisme hukum untuk mencegah genosida, kenyataannya, tidak bisa menghentikannya. Genocide in denial berlangsung dengan peminggiran sistematis, kekerasan negara, serta penghapusan identitas yang terus disangkal. Dunia, bahkan bisa jadi kita, menutup mata terhadap pembungkaman masyarakat adat, perusakan lingkungan, dan represi terhadap mereka yang melawan ketidakadilan. Diskusi interaktif AJAR dalam Menabur Benih: 25 Jam Berbagi untuk Kemanusiaan membuka ruang dan melipat jarak untuk memahami pola penghancuran ini, menemukan daya resiliensi, dan memperkuat solidaritas melawan penghapusan identitas serta impunitas.

Belajar dari situasi di Palestina, bagaimana kita bisa mengenali pola ini? Apa yang bisa kita lakukan untuk bergerak dan memperkuat solidaritas?
Follow on Instagram

Make An Impact

captivating your audience

Never miss a thing! Subscribe now to get the latest news.

Subscribe

Never miss a thing! Subscribe now to get the latest news.

Facebook Instagram Pinterest YouTube
  • Beranda
  • Blog
  • Kontak Kami
  • Stolen Children
  • Humanity Youth

© 2025 Cerita Kita - Design by Studio Mommy

  • Beranda
  • Blog
    • Blog
    • Unggahan Terbaru!
  • Templates
    • Category Index
    • Link In Bio
  • Blocks
    • Image Options
  • About
  • Contact
  • Purchase
Search