Skip to content

Learning Humanity, Unlearning Impunity

Facebook Instagram
Shopping Cart 0
  • Beranda
  • TemaExpand
    • Jaminan Tidak Berulang
    • Keadilan
    • Kebenaran
    • Reparasi
  • Liputan Media

Cerita Kita

MELEPAS BELENGGU IMPUNITAS BERSAMA

  • Kontak Kami
  • Cerita dari Anak Muda Indonesia
Cerita Kita
MELEPAS BELENGGU IMPUNITAS BERSAMA
Cerita dari Anak Muda Indonesia

After War in Kampung Kresek

After War in Kampung Kresek Indra Wijaya | 29 January 2021 | Memorialization The author is a fellowship recipient of human rights, media and transitional…

Read More After War in Kampung KresekContinue

Cerita dari Anak Muda Indonesia

Cerita dari Desa Bokong, NTT — Aleks Bahas

Ekonomi Menjadi Pendorong Terbesar Bagi Orang Bokong Menjadi Buruh Migran Keluar Negri .Masyarakat Desa Bokong Sebagian Besar Berprofesi Sebagai Petani ,Tetapi Hasil Pertanian Tidaklah Cukup…

Read More Cerita dari Desa Bokong, NTT — Aleks BahasContinue

Cerita dari Anak Muda Indonesia

ANCAMAN EKOLOGIS TERHADAP PEREMPUAN EKS TIMTIM DI LINGKAR TAMBANG NIKEL LUWU TIMUR, Sulawesi Selatan — Rina Septiawati

Pelanggaran HAM kini sering sekali kita jumpai, tidak luput dari dusun Makarti, Dusun Harapan, Kec. Malili, Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Sebuah Dusun dusun kecil…

Read More ANCAMAN EKOLOGIS TERHADAP PEREMPUAN EKS TIMTIM DI LINGKAR TAMBANG NIKEL LUWU TIMUR, Sulawesi Selatan — Rina SeptiawatiContinue

Cerita dari Anak Muda Indonesia

Sebuah Essay — Nur Wahid

Esai ini akan saya mulai dengan potongan lirik lagu Give Peace a Chance karya Jhon Lennon and The Plastic Ono Band yang pertama kali di…

Read More Sebuah Essay — Nur WahidContinue

Page navigation

Previous PagePrevious 1 2 3 4 5 Next PageNext

Selamat datang!

Mari menyelami cerita kita bersama!

Blog Post Categories

  • AJAR FELLOWSHIP
  • audiovisual
  • Blog
  • Cerita dari Anak Muda Indonesia
  • Jaminan Tidak Berulang
  • Keadilan
  • Kebenaran
  • Liputan Media
  • PEKAN ANTI PENGHILANGAN PAKSA
  • Reparasi
  • Uncategorized

Recent Posts

Together Breaking the Taboo on Women’s Menstruation Through Photos Stories
Cerita dari Anak Muda Indonesia

Together Breaking the Taboo on Women’s Menstruation Through Photos Stories

Uncategorized

Kertas Kebijakan Merauke dan Boven Digoel

Kebenaran

Tanpa Pengakuan Tidak Mungkin ada Pemulihan:

humanityouth

Learning Humanity. Unlearning Impunity
bagian dari @asiajusticerights di Indonesia

Setelah 60 tahun hilang, film Turang karya Bachtia Setelah 60 tahun hilang, film Turang karya Bachtiar Siagian kembali diputar. Sisi lain dari Revolusi, dari pengalaman orang biasa ini, diputar kembali dalam peringatan 70 tahun Konferensi Asia–Afrika. 

Turang diproduksi pada 1957, berlatar di Tanah Karo, Sumatera Utara. Konteks utama ceritanya adalah perjuangan warga dan tentara Indonesia melawan agresi militer Belanda. Dengan kata lain, film ini menguraikan bahwa sejarah dibentuk oleh agensi orang-orang biasa bukan nama-nama besar. 

Pada 1960, Turang meraih predikat film terbaik dalam Pekan Apresiasi Film Nasional–kelak Festival Film Indonesia. Akan tetapi, Turang dibredel pada kekerasan anti-komunis 1965 lantaran Bachtiar Siagian terlibat dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat. Ia pun ditahan dan dibuang ke Pulau Buru selama 12 tahun. 

Dalam diskusi setelah pemutaran yang difasilitasi oleh Kelana dan Albertus Obe, aspek kekirian yang membuat Orde Baru membredel film ini jadi perbincangan. Di mana aspek kiri-nya? Sepakat untuk tidak saling sepakat, sinema kiri menurut forum waktu itu mengangkat perspektif anti-kolonial, memusatkan rakyat/orang-orang biasa sebagai sumber utama pengisahan, bersimpati terhadap gerakan sosial dst. 

Refleksi hadirin setelah menonton Turang pun beragam. Secara garis besar, Turang kembali mengajak untuk merevaluasi ruang dan posisi kita hari dalam dinamika politik dan gerakan hari ini. Kerja-kerja perawatan pun menuntut kita melampaui gagasan kesadaran kolektif dalam bersolidaritas. 

Dalam visi dan gagasan besarnya, bagi kebanyakan kami Turang memantik untuk memikirkan kembali keterkaitan persoalan kekerasan yang terjadi di mana pun hari ini. Semuanya berdampak sampai ruang personal kita, dan kerja merawat tidak bisa diabaikan. 

Pemutaran di Jakarta ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2025 bertempat  di Kantor AJAR. Pemutaran ini terlaksana dengan kerjasama antara @thesupperbookcult dan @humanityouth

Terimakasih @bungasiagian atas ajakan pemutaran Turang ini. 

Photo diambil oleh : @xaxo_xoxa
Pada 24 Maret, kita memperingati Hak atas Kebenara Pada 24 Maret, kita memperingati Hak atas Kebenaran, hari untuk mengenang para korban kekejaman. Dengan mengenang masa lalu, kita berkomitmen untuk mengatakan 'Jangan Pernah Lagi' terhadap semua bentuk kekerasan dan ketidakadilan massal, memastikan bahwa pelajaran sejarah kekerasan tak berulang kembali dan korban mendapatkan haknya.

Tahun lalu, pada 22 Mei, AJAR bersama 8 aktivis muda pembela HAM melakukan pertukaran pengetahuan mengenai memorialisasi. Dari situ Wannsee kami belajar bahwa penyangkalan akan kebenaran menghalangi korban untuk mendapatkan keadilan.
Hanya ada satu tagar: #TolakRUUTNI Hanya ada satu tagar: #TolakRUUTNI
Hari minggu lalu, kami bergabung bersama 25 Jam Be Hari minggu lalu, kami bergabung bersama 25 Jam Berbagi untuk Palestina. Dalam diskusi ini kita membicarakan bagaimana cara mengenali genosida melalui 10 tahapannya. Keterlibatan kawan-kawan dalam diskusi ini semakin memberi wawasan bahwa kita bisa mencegah semua itu terjadi, jika kita mengetahui pra-kondisi genosida.
Kami hadir di #menaburbenih dengan diskusi berjudu Kami hadir di #menaburbenih dengan diskusi berjudul "Kamu, Saya, Palestina, dan Penyangkalan Genosida di Sekitar Kita"

Minggu, 9 Maret 2025, 08.00 WIB!

Genosida di Palestina disebut sebagai first genocide broadcast live dan memperlihatkan bagaimana komunitas internasional, yang telah memiliki berbagai mekanisme hukum untuk mencegah genosida, kenyataannya, tidak bisa menghentikannya. Genocide in denial berlangsung dengan peminggiran sistematis, kekerasan negara, serta penghapusan identitas yang terus disangkal. Dunia, bahkan bisa jadi kita, menutup mata terhadap pembungkaman masyarakat adat, perusakan lingkungan, dan represi terhadap mereka yang melawan ketidakadilan. Diskusi interaktif AJAR dalam Menabur Benih: 25 Jam Berbagi untuk Kemanusiaan membuka ruang dan melipat jarak untuk memahami pola penghancuran ini, menemukan daya resiliensi, dan memperkuat solidaritas melawan penghapusan identitas serta impunitas.

Belajar dari situasi di Palestina, bagaimana kita bisa mengenali pola ini? Apa yang bisa kita lakukan untuk bergerak dan memperkuat solidaritas?
Follow on Instagram

Make An Impact

captivating your audience

Never miss a thing! Subscribe now to get the latest news.

Subscribe

Never miss a thing! Subscribe now to get the latest news.

Facebook Instagram Pinterest YouTube
  • Beranda
  • Blog
  • Kontak Kami
  • Stolen Children
  • Humanity Youth

© 2025 Cerita Kita - Design by Studio Mommy

  • Beranda
  • Blog
    • Blog
    • Unggahan Terbaru!
  • Templates
    • Category Index
    • Link In Bio
  • Blocks
    • Image Options
  • About
  • Contact
  • Purchase
Search