Asa yang Usang

Fajar menjelang, kamu pergi ke gelanggang.

Kepada negeri kamu membancang.

Di hati Ibu, Kamu adibintang.

 

Kepada pemangku kamu berang,

Menolak berbincang – bincang.

Semangatmu berguncang,

Tapi, hati Ibu berimbang.

 

Ibu menunggu, di halaman belakang.

Dibawah baskara, sampai belang.

Mahkamah masih belum terbentang.

 

Kapan kamu berkalang?

Adzan hampir berkumandang

Pada ambang Ibu bersagang,

Menunggu kamu pulang.

 

Burung sudah kembali ke sarang.

Saat ada skandal di seberang.

Ibu bergegas bersembahyang.

 

Ibu menatap awang – awang.

Kamu terlihat bagai bayang.

Tercium aroma belerang.

 

Ibu di padang sejak bahang,

Menjaga asa yang usang

Hingga tulang belulang.

 

Alika Humaira

 

 

Tuan Biru adalah seorang wartawan yang kala itu sedang mencari berita. Kebetulan, ia menjadi saksi penting dan mengabadikan bukti foto atas sebuah kejadian penting yang melibatkan pemerintah. Sayang sejak hari itu, Tuan Biru tidak ditemukan, bukti fotonya pun lenyap. Wajah Tuan Biru pun tidak bisa diketahui dan tidak bisa dikenang lagi.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *