Air Mata Durga
Gerimis menapaki kota yang kian sunyi
Seorang ibu menangis meratap hati yang sepi
Dalam sujudnya, saat jantung berdegup dan mata terpejam
Doa dipanjatkan menyelimuti segumpal kerinduan
“Tuhan, dimana kini anakku berada?
Sudahkah sesuap nasi menguatkan tubuhnya?
Masihkah senyuman terlukis diwajahnya?
Apakah hujan dapat membasuh airmatanya?
Apakah terik matahari tak menyengat kulitnya?
Tuhan, jaga ia sampai kami dipertembukan kembali seperti sediakala”
Dengan tubuh yang renta sang ibu bangun dari peraduannya
Benteng keyakinan yang kokoh meminta kepastian
Tentang kabar kehilangan buah hati yang dirindukan
Sepagi itu ia melangkahkan kaki menuju kumpulan orang
Yang meminta jawab atas sebuah pertanyaan
Hidup atau mati meminta anaknya kembali di pangkuan
“Sebab keadilan mesti terus ditegakkan
Kemanusiaan tetap harus diperjuangkan”
Eggy Resa, Bandung 2021
Berbait puisi sederhana tentang kehilangan dari seorang ibu. Sebab anak adalah bagian vital dari hidup seorang ibu, kehilangan anak tak jauh berbeda seperti kehilangan separuh nyawa. Penculikan demi penculikan tetap tak menemukan jawaban, pun sebait kabar tak kunjung terdengar. Perjuangan seorang ibu menanyakan keberadaan seorang anak yang hilang adalah perjuangan atas kasih sayang dan kemanusiaan. Sebab tak mampu berperang melawan dengan angkat senjata, maka doa diterbangkan di persimpangan malam. Memohon kepada sang pencipta mewujudkan keadilan. Air mata durga adalah airmata paling suci yang jatuh dari seorang ibu dan doa atas kerinduannya menjadi puisi paling lirih menunggu pertemuan, kembali seperti sedia kala.